Thursday, December 15, 2016

Cerita Lama Tentangmu

Tentangmu, pada waktu, aku selalu bertanya tentang dirimu.

Apa yang kau lakukan sekarang? Bagaimana keadaanmu? Apakah kau baik-baik saja?
Bahkan dewa Oracle pun sudah tak sudi mendengar pertanyaan berulang dariku.
Tentangmu, pada waktu, aku selalu menanti berita tentang dirimu.
Apa yang sudah kau lakukan hari ini? Bagaimana kondisimu kemarin? Apa kau sudah lebih baik dan siap untuk hari esok?
Di tengah kuil Minerva, memandang halus sang dewi keberuntungan, aku memanjatkan doa padamu, berlutut. Bibir merahku yang hanya ku siapkan khusus untukmu, terlampau kering karena menyebut namamu berulang kali. Doa ku tak pernah terlepas dari dirimu. Dewa-dewi memberi jawaban atas doa ku pada mereka. Waktu terus bersamamu, kabar tentangmu selalu kudengar setiap saat. Tapi aku mulai jenuh, berita yang sama lah yang selalu kudengar tentang dirimu.
Hening dan kosong...
Jawaban dari semua doa ku adalah "Keheningan dan kekosongan" dirimu. Terlukis jelas di wajahmu ketika aku menggantungkan tubuh tak bernyawa mu diatas altar pengorbanan.
Aku terlalu sayang pada dirimu, dan kupikir aku tak rela jika melihatmu pergi bersama gadis itu. Meninggalkanku sendiri disini.
Maafkan aku,
Aku sedikit tertawa ketika mendengar jeritanmu beberapa saat yang lalu...

Tuesday, December 6, 2016

Baron Walker

London, 1920. Winchester st. Marry's Bar.

Seorang pria dengan trench coat berwarna hitam datang menghampiri Walker, membawa sebuah gelas anggur produksi Prancis, tertulis di botolnya "1880".

"Kudengar anggur ini dibuat ketika musim dingin". Pria itu membuka pembicaraan.
Walker yang duduk disebelahnya tak merespon perkataan pria tersebut.

"Mau segelas? Aku susah payah membelinya dari seorang penjual Prancis. Bersaing harga dengan saudagar disana sangatlah menyebalkan."

Walker tetap diam, namun kali ini ia meminum segelas anggur yang dituangkan oleh pria tersebut. Suasana diantara mereka sangat sunyi.

"Aku kemari atas perintahnya," Sambung pria tersebut. "Don Giovanni memintaku untuk membawamu kembali ke Italia."

"Kembali ataupun tidak, aku tetap akan mati."

Minuman ia tegukkan kedalam kerongkongannya.

"Kau sadar siapa yang kau bunuh saat itu? Thibaut terlihat seperti seorang bocah Jerman..."

"Belgia..." Potong Walker.

"...Belgia biasa. Tapi dia sangat berpengaruh bagi hubungan antara keluarga Don Giovanni juga keluarga Don Veratti. Kau seharusnya tidak membunuhnya..."

"Dan membiarkan dia menelanjangi putri Giovanni brengsek itu? Putri kecilnya hanyalah harta satu-satunya dari mendiang istrinya. Dan dia memberikan cuma-cuma untuk dijadikan pelacur tepat di matanya? Dimana harga dirinya sebagai pemimpin familia itu? Aku membanggakannya karena dia adalah orang yang paling hebat menurutku! Dan puterinya adalah harta bagi dia."

"Kau terlalu berlebihan..."

Walker menghentakan kedua lengannya ke atas meja. Semua orang di dalam bar terdiam.

"Tahu apa kau tentang aku? Aku sudah bersamanya sejak kecil, putri Don Giovanni sudah seperti kakakku sendiri. Aku sangat menghormatinya, dan ayahnya menjadikannya seperti itu? Seharusnya ku lubangi saja kepala si tua bangka sial itu."

Walker menarik nafas sejenak...

"Sudahlah, aku tidak mau berdebat denganmu soal ini, Warren. Jika Don Giovanni memintamu untuk membunuhku, aku sudah siap. Urusanku sudah selesai disini."
Pria itu mengambil sebuah pistol dari dalam jaketnya. Walker berjalan keluar pintu, meninggalkan Warren disana.

"Setidaknya lakukan diluar, Warren. Aku tidak mau merepotkan pemilik bar ini. Dia sudah tua dan bar ini sangat berharga bagiku."

Ia melangkah pergi di tengah guyuran salju. Warren menyusulnya dari belakang tak lama setelah Walker pergi. Kemudian, suara letusan pistol terdengar hingga seluruh penjuru London.
Baron Walker, namanya akan dikenal di seluruh familia. Seorang bocah nekat yang sangat dihormati oleh Don Giovanni...

Saturday, June 4, 2016

Cerita Terakhir

Pagi ini ku awali hari dengan secangkir moccacinno hangat di atas meja halaman belakang rumahku. Dengan asap yang masih mengebul di atas cangkir, tiap tetes ku seruput nikmatnya kopi hangat tersebut. Mataku yang baru saja terbangun dari mimpi, sepertinya masih merindukan indahnya malam bertabur bintang untuk sesaat lagi. Entah aku yang bangun terlalu cepat, atau jam yang ku atur kemarin terlalu awal angka nya? Padahal masih menunjukan pukul 7 pagi. Terserah lah... Aku hanya ingin menikmati kopi ini, di sini, pagi ini, terakhir kalinya di negara ini...

Mbok Minah yang mondar-mandir dan pak Karjo yang masih sibuk dengan si hitam Audi-ku, terlihat sangat gesit mempersiapkan segala kebutuhan dan bekal ku hari ini. Entah karena gaji, ataukah mereka terlalu semangat mengusir tuan rumah nya untuk segera pergi.

Hari ini aku akan meninggalkan Bandung, kota indah dengan sejuta cerita. Segala hal yang berkenaan dengan macet, alun-alun dan segala hiburan malam nya (Terlepas dari stasiun Bandung ketika malam hari), semuanya kusimpan rapi di dalam diary hati ku, kenangan yang mungkin akan ku putar berulang-ulang tiap kali aku merindukan kampung halamanku di negeri sakura sana. Biarlah pikiranku merasa jenuh dengan seribu kenangan disini hingga aku temukan rekaman baru di sana. Aku harap begitu...

"Kyoto..."

Angin berhembus lembut membelai rambutku.

Terlalu banyak cerita disini, bersama teman-temanku, kami menghabiskan waktu bersama, tersenyum bersama, bercanda bersama, tertawa bersama. Aku masih ingat ketika aku berdebat akan hal yang tidak penting bersama Dini, argumen-argumen absurd ku ucapkan untuk menangkal segala perkataan-perkataannya. Hingga hukum alam mutlak memihak padanya, "Wanita tidak pernah salah!". Menyebalkan... tapi mungkin itu yang akan ku ingat selama aku disana.

Terlepas dari itu semua, mungkin aku akan merindukan beberapa hal sederhana yang "seharusnya" jika aku masih ada disini, aku merasa bosan.

Aku akan merindukan betapa "kampret" nya pak Karjo memanaskan mobil tepat di depan kamarku, mau siapkan mobil untuk ke kantor, katanya... padahal jam masih menunjukan pukul 4 pagi.

Aku akan merindukan rutinitasku di pagi hari. Tidur malam mengerjakan tugas kantor, kemudian bangun keesokan pagi nya, mengucapkan "selamat pagi" pada pak Karjo dan mbok Minah tepat 5 menit sebelum makan siang.

Juga aku akan merindukan padatnya jalanan di kota Bandung, hingga memaksaku turun dari mobil dan berjalan kaki menuju kantor. Meninggalkan pak Karjo di belakang berharap bisa lebih cepat menuju kantor. 5 menit kemudian, pak Karjo menengok ke arahku sambil cengengesan, "Ayo kang! Masuk lagi... sudah lancar jalannya!".

Masih banyak hal yang akan ku rindukan kelak, sangat banyak! Dan aku hanya bisa berharap jika suatu saat nanti, hal yang sama akan terjadi lagi di sana. Dengan "Bandung" yang lainnya, dengan mbok Minah dan pak Karjo baru disana. Juga dengan memori kisah baru lainnya.

"Kang, ayo! Berangkat... barang-barang sudah siap di dalam mobil." Pak Karjo (masih dengan senyum yang sama) memanggil.

Yah! Aku hanya bisa berharap demikian... Ketika berada di tempat baru, kita akan selalu merindukan tempat lama. Hanya kenangan yang terulang-lah yang bisa menyembuhkan rindu itu.

=================================================================

#Created by: Aped

Monday, May 23, 2016

The Walking Dad ep.3 : "Album"

Pernikahan tidak selamanya berjalan mulus, terkadang kau merasakan bahwa sendiri adalah sesuatu yang menyenangkan, dan terkadang kau merasakan bahwa kau merasa terkekang oleh pasanganmu. Bahkan tak heran sebuah pernikahan berakhir dengan sebuah perceraian.

Seperti yang dialami olehku, sudah 4 tahun aku dan istri ku berpisah. Kami merasa bahwa hubungan kami tidak akan berjalan dengan baik. Hubungan rumah tangga kami hanya selama 5 tahun 8 bulan saja. Ketika anakku, Maisie berusia 4 tahun, kami memutuskan untuk bercerai.

Pengadilan memberikan hak asuh Maisie pada mantan istriku, Helen. Aku sedikit kecewa terhadap hasil pengadilan namun itu semua sudah menjadi kesepakatan bersama dengan memperhatikan banyak sekali pertimbangan.

Untuk beberapa bulan pertama aku masih tidak memikirkan apa-apa, aku bisa lebih fokus terhadap pekerjaanku, memulai karir yang lebih tinggi lagi, dan kembali ke masa muda ku. Namun itu semua tak bertahan lama.

sekitar 1 bulan setelah perceraian kami, aku menemukan sebuah album. Album merah muda dengan gambar bunga sebagai sampul nya, cukup indah kulihat bentuknya.
Satu persatu ku buka album itu, banyak sekali foto tentang aku dan Helen. Begitu romantis aku bersamanya, ketika pertama kali kami saling jatuh cinta, merasakan indahnya masa-masa remaja, foto pernikahan kami, dan foto-foto kenangan lainnya.

Setiap gambar ku perhatikan satu-satu, aku selalu tersenyum mengingat kejadian pada foto itu. Betapa indahnya masa lalu, perlahan hatiku mulai terbuka kembali. Selalu saja ada pertanyaan yang tersirat dalam hatiku, "Apakah keputusan yang tepat jika aku berpisah dengannya? Bagaimana keadaan Maisie?" Pertanyaan yang sama selalu terlukis di dalam hatiku.

Beranjak tubuhku dari kursi, ku ambil kunci mobil ku dan bergegas menuju rumah Helen.

"Sial, aku sangat merindukan mereka berdua!" Gerutu ku dalam hati.

Setibanya di rumah Helen, aku menekan lonceng rumah itu, pertama kali ku tekan tak ada jawaban dari dalam. Apa mungkin Helen sedang pergi? Tapi kurasa tidak, aku melihat mobilnya terparkir di halaman rumahnya. Sentuhan kedua masih tidak ada jawaban, namun ketika sentuhan ketiga, dia berdiri disana.

Helen membuka pintu dan memandangku dari dalam balkon rumah. Bersama dengan Maisie didalam pelukannya, ia berjalan menghampiriku.

"John..." Ucap Helen.

"Hai, Helen.. Apa kabar?" Sesak dan gugup bercampur aduk di dalam hatiku.

"Aku, aku baik-baik saja. Ada apa kau kemari?" Tanya Helen.

"Aku merindukanmu dan Maisie. Aku ingin tahu kabar kalian, makanya aku datang kemari." Jelasku.

Helen membukakan pintu dan menarik lengan John.

"John, maaf tapi kurasa kau datang di saat yang tidak tepat."

"Ada apa?"

"Aku...."

Belum sempat Helen menjelaskan, seseorang memanggilnya dari dalam rumah. Suaranya lantang dan keras, lebih tepatnya suara seorang pria. Ia berjalan dari dalam rumah menuju tempat aku dan Helen berdiri. Ia menghampiriku.

"Hai, sayang. Ada apa?" Ucap pria tersebut.

"Sayang?" Aku dengan sedikit heran melihat kearah Helen. Namun dia hanya bisa memandang balik padaku.

"Um, John biar kujelaskan. Dia adalah tunanganku, Howard. Howard... ini adalah John. Mantan suamiku."

"Kenapa kau kemari?" Howard memandang John dengan tajam.

"Oh, uh... tidak. Tidak apa-apa, aku kemari ingin melihat anakku, Maisie. Dan aku berniat untuk mengembalikan album ini. Ini adalah album kelahiran Maisie. Tertinggal tepat di lemari rumahku, mohon diterima."

Perasaan sakit terlukis jelas di dalam hatiku, entah apa yang membuatku seperti itu, namun lucu rasanya jika aku merasa sedikit "cemburu" pada Helen. Ia menemukan penggantiku sangat cepat.

Waktu pun terasa cepat berlalu, kini Maisie memiliki seorang adik dari perkawinan Helen dan Howard. Helen terlihat lebih hidup bersama Howard, dan Howard adalah pria yang baik. Dia melindungi mereka dan selalu ada kala ia membutuhkannya. Jelas dia lebih baik dariku, dan aku bersyukur jika Maisie dan Helen berada didalam pelukan Howard.

Mungkin ini adalah langkah terbaik mereka berdua. Dan yang perlu kulakukan adalah belajar menerima semuanya.

Saturday, May 14, 2016

The Walking Dad ep. 2 "Super Dad"

Aku dan karir ku seperti bisa digambarkan seperti roti daging. Saling melekat satu sama lain, bertumpuk dan memiliki warna yang beda-beda. Aku menikmati hari-hariku seperti kebanyakan orang, yah meskipun cara pandangku menikmati hari-hari benar-benar berbeda dengan kebanyakan orang lain.

Aku memiliki 2 anak kembar, Mika (perempuan) dan Arne (laki-laki). Usia mereka menginjak 11 tahun hari ini. Dan mereka sangat suka sekali baseball.

14 Mei 2016, lebih tepatnya esok hari, tim baseball kesukaan mereka, Red Sox akan bermain di partai final melawan Yankees, 2 Minggu sebelumnya aku sudah berjanji pada mereka untuk menonton pertandingan final tersebut bersama-sama. Namun sehari setelah aku mengucap janji itu, perusahaan mengirimku ke cabang Berlin, Jerman pada tanggal 18 Mei. Sial sekali, aku diberangkatkan pada tanggal yang sama seperti tanggal pertandingan tersebut.

Aku terus merahasiakan ini, ketika Mika dan Arne bertanya tentang pertandingan tersebut, aku selalu mengatakan,

"Ya, kita akan menonton pertandingan itu. Aku berjanji."

Setiap kali, setiap waktu mereka bertanya hal itu, jawabanku masih tetap sama. Aku membicarakannya pada istriku, namun jawabannya menurutku benar-benar tidak membantu. Justru berkesan membuatku menjadi lebih bingung.

Suatu hari aku menghadap pada manager ku untuk menolak tawaran tersebut. Namun dengan nada menyindir, bos mengatakan jika aku tidak boleh menolak tawaran itu. Bahkan ia bilang akan memecatku ketika aku menolak tawaran menuju berlin tersebut.

"Pikirkanlah masa depan mu disini, kau tidak bisa berada 2 peran sekaligus. Kau harus korbankan 1, dan kuharap kau bisa profesional. Kami mengandalkanmu."
Setibanya di rumah, kudapati Mika dan Arne sedang tertidur lelap. Mengenakan jersey Red Sox kebanggaan mereka, spanduk dan sarung tangan baseball. Bahkan Arne tertidur sambil memeluk tongkat baseball kesayangannya. Aku memperhatikan mereka, mereka begitu ingin menonton final itu bersamaku.

"Kau sudah memutuskan?" Tanya istriku.

"Ya." Jawabku. "Mungkin ini adalah salah satu keputusan yang akan aku sesali kelak."

Istriku memelukku dari belakang, "Kau seorang ayah, dan kau juga bekerja. Mereka akan mengerti itu."

"Pesawat akan berangkat esok pagi jam 6, tepat sebelum mereka bangun. Sedangkan pertandingan akan dimulai pada jam 10."

"Aku bangga padamu... Aku menyayangimu." Ia tersenyum dan menciumku.

"Aku juga menyayangimu." Dan malam itu pun berlalu dengan sangat cepat...

Mika dan Arne berlari ke kamarku. Wajahnya sangat gembira seperti anak-anak pada umumnya. Dan ketika ia membuka kamarku, aku tidak ada disana...
Mereka berlari ke dapur untuk sarapan pagi, istriku berdiri disana sambil menyiapkan sarapan.

"Ibu, kemana ayah?" Tanya Mika.

"Oh... eh, ayah..."

Kemudian aku berjalan ke arah meja makan, lengkap mengenakan pakaian tim Baseball Yankees ku. Oh ya, aku lupa bilang kenapa ini menjadi pertandingan terpenting bagi anak-anakku. Karena tim baseball favorit mereka akan melawan tim baseball favorit ku. Dan kalian berpikir jika aku akan melewatkan pertandingan sepenting ini?

"Nah itu dia... Bagiamana mobilnya?"

"Sangat buruk, mesinnya rusak cukup parah. Masih bisa berjalan tapi tidak akan mulus. Sebaiknya kami berangkat sekarang dan pergi naik bis."
Mika dan Arne menatapku dan tersenyum,

"Ayah tidak berangkat kerja? Semalam ibu bilang jika kau mungkin punya pekerjaan penting hari ini."

"Dan meninggalkan kedua anakku untuk menonton pertandingan bersejarah paling penting ini? Kalian pasti bercanda, bukan?"

Yah... kalian pasti bercanda, kan? Aku mungkin cukup bodoh untuk tidak mengambil kesempatan emas dalam karir ku, tapi aku sangat jenius dalam menentukan pilihanku. Keluarga sangat berarti bagiku, ibu yang akan memasakkan makanan untuk anak-anakku, sedangkan tugas seorang ayah? Menonton pertandingan baseball yang paling penting bersama kedua anaknya.

1 Minggu setelah aku resign dari pekerjaan lamaku, aku menemukan sebuah perusahaan IT dan mencoba bekerja disana, jaraknya tidak begitu jauh dari perusahaan lama ku. Dan jelas gaji nya tidak sebaik pekerjaan lama ku, namun itulah hidup...
==========================================
Created by:
Aped

Tuesday, May 3, 2016

Sacrifice



Menunduk... laki-laki itu menunduk lesu di hadapan sebilah pedang yang ia tinggalkan, tertancap rapi dalam pelukan tanah basah, berselimut ribuan tetesan hujan.

"Han Seo..."

Panggilan dari teman-temannya tidak ia indahkan, mereka mengerti betapa menyesalnya ia, kami pun merasakan hal yang sama.

"Ayo..."

Tetap tidak ia hiraukan. Telinganya seolah tertutup oleh teriakan A Jin, sahabat seperjuangannya. A Jin kehilangan sahabatnya setelah pertempuran sengit di jembatan Daengseoul, pertempuran tersebut berlangsung selama 1 hari penuh. Meskipun kemenangan menjadi milik kubu Seon Jin, tapi harga yang harus dibayarkan sangatlah mahal.

"Kami berjanji akan menikmati kemerdekaan kami bersama-sama, kami berjanji untuk minum bersama setelah pertempuran ini usai, dan bahkan kami berjanji untuk melakukan duel terakhir kami setelah kemerdekaan nanti."

Han Seo meratap. Tetesan air matanya bercampur dengan hujan dan darah yang menetes dari tubuhnya.

"Sudahlah Han Seo... Aku mengerti perasaanmu, tapi dia sudah mati..."
Han Seo berbalik dan mencabut pedangnya, bilah pedang tertajam mengarah pada leher temannya. Tatapan bengis terlihat dari sudut matanya, bukan... itu bukan tatapan bengis. Hanya tatapan kesedihan dari seorang ksatria yang ditinggal oleh sahabatnya.

"Siapa yang kau maksud mati, hah?!"

"Hadapilah kenyataannya, dia sudah pergi." Dong Baek San menurunkan pedangnya...

"Dia hanya istirahat... untuk waktu lama. Dia akan kembali!" Ucap Han Seo.

Perlahan, Dong Baek San mendorong pedangnya untuk diturunkan. Ia memluk Han Seo dengan erat, yang ia lakukan hanyalah menerima semua kesedihan tersebut bersama dengannya. Mereka sangat dekat, jauh lebih dekat... Tak terbayangkan betapa besar kesedihan yang ia rasakan.

"Aku tahu, aku tahu... namun perlahan pun kau harus menerima kenyataan bahwa ia telah tiada. Cepat atau lambat. Yang perlu kau lakukan hanyalah memastikan jika kematiannya tidak akan sia-sia. Jika kau ingin menangis, menangislah... Tapi ketika kau sudah selesai, bangkit dan bayar kembali kematiannya dengan perjuanganmu."

Ia merunduk menangis...

===============================================================

@Created by: Aped

Wednesday, April 13, 2016

Little Secret

Hari ini adalah hari ulang tahun ku, aku berniat memberikan ia hadiah di hari ulang tahun ku. Sesuatu yang "mungkin" tidak akan pernah bisa dia lupakan seumur hidup ku, rencananya aku ingin sekali mengejutkan dia. Yah, terdengar aneh memang... Orang yang berulang tahun justru yang memberikan hadiah pada kekasihnya. Tapi, hari ini spesial, aku ingin memberikan kejutan padanya.

Tepat tanggal 13 April, aku berdiri di depannya... Menatap dalam matanya dan tersenyum ke arahnya, telinga ku terpasang untuk mendengarkan permintaan darinya. Apapun itu, aku berjanji akan menepatinya. Bila itu membahagiakan nya, mungkin ini akan menjadi hadiah dariku untuknya.

"A Nim," Ucapku... "Aku berulang tahun hari ini, dan aku akan memberikan hadiah spesial kepadamu."

A Nim tersenyum dan berkata,

"Hadiah apa itu?"

"Kau boleh meminta apapun dariku, apapun itu! Aku berjanji akan memberikannya. Disamping itu, aku akan memberi tahu rahasiaku padamu."

"Apapun itu?" A Nim memandangku...

"Ya, apapun itu.. dan pula rahasiaku, aku akan memberitahu nya padamu."

"Jaa~ Kalau begitu,"

Tsah... Tancapan logam berada tepat di dada kiri nya, berada di jantungku.

Aku tersentak, menatap dalam kearah matanya. Tatapan kejam dan keji terlukis di dalam mata A Nim, aku menggenggam lengannya. Darah dengan deras mengalir keluar dari dada ku, mulutku terasa masam, ini merah... apakah darah?

Lengan A Nim kugenggam dengan erat, ku dekatkan bibirku tepat ke telinga A Nim. Perlahan namun pasti, ku tarik pisau dari dada ku.

"Inilah yang ingin ku beri tahu padamu..." Bisikku di telinga A Nim. "Sejujurnya, aku sudah lama mati..."

===============================================

Created by: Aped

Sunday, March 20, 2016

I am Robot

Sinias tampak lesu, ia duduk termenung di antara cabang pohon itu. Hutan hijau dan pohon yang menjulang tinggi membuat cahaya cukup sulit untuk menembus pepohonan. Menciptakan siluet alam yang indah nan sejuk.. Pemandangan yang sangat indah sekali siang itu.

"Maafkan aku..." Ucap Sinias, "Maafkan aku yang tak bisa menjadikanmu lebih baik lagi dari ini. Aku akui jika aku berbeda dari yang lain... Aku terbuat dari besi yang dihubungkan dengan baut, kemudian digerakan oleh motor-motor gir di setiap sendi lengan ku. Aku akui aku tidak berasal dari sini..."

Lengannya berhenti sampai situ... ia tahu jika masa nya akan tiba tak lama lagi. Ia melipat kertas putih yang tengah ia genggam. Kemudian menggulung nya menjadi sebuah bola kertas.

Lingkar kamera yang konon menjadi matanya, ia tadahkan ke atas, memandang hijaunya langit yang tertutup daun lebat kala itu.

Ia tersenyum... seorang robot sedang tersenyum... Mengingat memori masa lalu yang tersimpan rapi di ingatannya.

"Aku terlahir dari laboratorium mu..." Sekali lagi Sinias bicara, "Aku terlahir dari laboratorium mu, dan aku merasakan bahagia akan hal itu... Kau menciptakanku dengan perasaan, aku bisa merasakannya waktu itu. Sentuhan mu, tatapanmu, kecewa mu, aku melihat semuanya... Namun aku terlalu bodoh untuk mencerna emosi yang terlukis di wajah indah mu. Ketika aku terlahir, kau mengajarkanku apa makna senyuman di wajahmu kala itu. Dan bahkan kau mengajarkanku bagaimana cara hidup sepertimu, ya! Cara hidup seperti manusia. Sungguh indah sekali, dan aku berharap mampu menjadi manusia sepertimu.. Dan aku berdoa pada Tuhan, agar Ia juga menciptakanku sebagai seorang maniusia... Hanya itu."

Cairan H2O keluar dari sela kamera nya. Kepalanya bergerak, ia melihat ke arah depan.

Ariel baru tiba saat itu, nafasnya sangat berat, Sinias tahu ia berlari dari ujung hutan menuju tempatnya. Dan ia terlihat sangat bahagia ketika Ariel berlari untuknya...

Ia mungkin hanya sebuah robot, tapi...

"Aku men... ta... mu..." Program nya berakhir, algoritma terakhir sudah dijalankan, dan ia sangat kecewa ketika ia tak sempat mengatakan betapa ia MENCINTAI ARIEL, orang yang menciptakannya...

Namun senyuman terlukis di mimik wajahnya, memori terakhir nya merekam, Ariel berlari kearahnya, menangkapnya... dan memeluknya saat ia mati.

"Aku mungkin hanyalah sebuah Robot, namun aku tetaplah mencintainya, meski aku tahu... Aku tak pernah bisa untuknya"

Monday, February 29, 2016

Tutorial jadi orang BIASA

Karena sekarang lagi buntu ide, penulis mau kasih tutorial aja deh. Judulnya:
"TUTORIAL JADI ORANG BIASA"



Kebanyakan orang mencari tips bagaimana jadi orang yang populer, keren atau gimana jadi playboy. Bener gak? Tapi pernah gak sih kalian berpikir untuk jadi orang yang biasa aja? Maksudnya, apa yang bisa dilakukan orang yang "biasa aja"?
Kamu pikir mungkin jadi orang yang biasa itu terlalu "normal", gak keren, gak asik. Tapi kamu tau gak apa yang bisa dilakukan orang biasa?
Orang-orang keren menjalani kehidupan dengan menjadi orang keren (YAIYALAH), mereka diperebutkan oleh banyak cewek cantik sampe tante girang. Namanya juga orang keren.
Orang populer kemana-mana banyak skandal, deket cewek / cowok ini di gosipin. Sampe mungkin deket sama "dosen" aja bisa digosipin.
Tapi apa yang bisa dilakukan oleh orang "biasa aja"? ENGGA ADA men! Mereka bebas. Cewek gak begitu banyak yang deketin, sekalinya deketin nanya toilet. Atau deket sama dosen... jangan dulu deket deh, kalau dosen atau orang yang ada disekitarnya bisa sadar atas kehadirannya, mungkin itu sudah menjadi prestasi terbaik bagi orang yang punya status "biasa aja".
Serem gak? Engga lah! Justru dengan biasa aja, kamu bisa menjalani hidup dengan biasa aja.
Dan buat kalian yang sudah bosen jadi populer atau orang keren, saya bakal bagikan nih tips 'n trick jadi orang biasa.
Sederhananya ini yang perlu kalian lakukan.
Cara jadi orang biasa:
Yang pertama, berhentilah jadi keren... Dengan menggunakan pakaian standar dan mengurangi hawa keberadaan, kamu mungkin gak akan begitu mencolok dalam lingkup sosial, baik skala besar maupun kecil. Dengan begitu orang-orang gak akan terlalu memperhatikanmu.
Yang kedua, bersikap biasa aja... Mayoritas orang keren melakukan bertindak keren karena mereka keren (APASIH?). Gak, gini... jadi kalo orang keren identik dengan sikap keren mereka, apapun yang mereka lakukan pasti keren. Misalnya, gaya jalannya, perkataannya, atau apapun itu. Kalo kalian ingin menghilangkan "ke-keren-an" kalian, jadilah orang yang biasa saja. Lebih bebas dan lebih "lempeng". Dengan begitu orang tidak akan penasaran denganmu.
Yang terakhir, berhentilah mengeluarkan kharisma-mu secara berlebihan... Keluarkan saja astrea atau supra Fit mu. Bukan... bukan itu deng. Yang saya maksud adalah, gunakan kharisma mu di tempat yang tepat, persentasi misalnya. Jangan setiap kali kalian berhubungan sosial atau melakukan sesuatu selalu menggunakan aura "kharisma"-mu. Kita juga orang biasa bisa kok mengeluarkan kharisma kita, hanya saja tidak bisa terbaca dan tidak bisa terasa. Beda dengan kalian orang populer / keren yang lagi boker aja bisa keluar khraisma nya. Alhasil semua mata memandang tepat kearahmu.. bukan bokernya. Tapi yang lainnya, atau apapun itulah.
Bagaimana pendapatmu tentang orang biasa? Menurutku sih BIASA AJA. :3 selamat mencoba!
Quotes of Today: "Ketika seseorang menyebut namamu dalam doa nya, ingatlah selalu... JAGALAH KEBERSIHAN!"
====================================
Aped